Laman

PENGUNJUNG

Selasa, 23 Juli 2019

PUISIKU


Penanti Matahari
Oleh: Anita Tarmizi

Hai sang mata !
Di awan mana pagi ini kau di dekap mendung?
Mengapa kau selalu bertekuk lutut kala kerabatmu bernama hujan menderai tahtamu?
Aku disini, menantimu..
Di kolong sepi bernama bumi…

Hai sang mata !
Apa kau tau? Banyak percakapan kita yang tak usai..
Banyak gelisahku yang terlipat dikala kau tak bertandang…
Aku sudah terkena candumu
candu hangatmu yang tak tergantikan…

Hai sang mata !
Banyak perih yang menderaku, banyak duka menggenangiku
Tak bisakah kau mengikat janji padaku?
Tak bisakah kau selalu hadir di setiap hari bersama pagi menyalamu?
Tak bisakah?

Hai sang mata !
Haruskah aku menjadi pucuk dedaunan di pepohonan tertinggi?
Haruskah aku membuat sayap dan belajar terbang?
Haruskah aku membuat tangga menjulang hingga menyentuh langit?
Haruskah aku?

Hai sang mata !
Aku hanya makhluk kerdil di kolong bumi, bukan pucuk daun, bukan kawanan burung  juga takkan mampu membuat tangga untuk menaiki langit..
Aku hanya bisa menunggumu di sebuah pijakan yang hampir rapuh ini
Dengan kaki yang mulai bergetar,
Dengan hati yang mulai gulana,
Dengan mata yang mulai berkaca..

Aku hanya ingin kau datang,
menyapaku lamat-lamat,
Mendekapku dengan hangat,
Menyinariku walau samar,
Memberi tanda walau kau tertutup awan hitam,

Ketahuilah itu…



Baturaja, 15 April 2015
08.22 am.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar