MINDER? KE LAUT
AJA !
Cerita ini adalah sebuah kenangan lama yang sudah
bertahun tahun lalu saya alami. Dimulai saat saya masuk SMA tahun 2001, saya
lulusan SMP Negeri yang berlokasi di desa yang bagi orang kota kala itu anak desa
disebut “jeme dusun” dengan stigma
sedikit buruk yaitu : primitif, ketinggalan zaman, norak, bodoh dan tidak
menarik. Kesal? Pasti! Sakit hati? Tentu! Tetapi fase inilah yang membuat saya
selalu tersenyum, kenangan itu menjadi cerita paling menginspirasi hidup saya
hingga saat ini. Masih teringat dengan jelas saat perkenalan dengan guru kimia
waktu kelas 1 SMA, di bagian saya menyebutkan asal sekolah saya, saya langsung
di teriaki oleh teman sekelas saya dengan begitu gembiranya : oh… “Ndai SMP DUSON Guys… DUSON..! Kancenye pasti
yang itu tuh.. yang begantong gantong di batang (Monyet). Setiap hari,
setiap detik mereka menjadikan itu bahan candaan yang sangat menyakitkan hati
saya, bahkan sampai saat ini.
Bullying, akhirnya saya ketahui istilah untuk perbuatan
mereka itu, dampak yang saya alami sangat terasa. tidak percaya diri alias
minder hampir menguasai diri saya di tahun tahun selama saya SMA namun
beruntungnya saya adalah saya memiliki tekad kuat untuk melawan rasa minder
tersebut dengan cara saya. Cara terjitu yang akhirnya bisa membungkam mulut mulut
mereka yang riang gembira mengejek dan menghina sesuka hati mereka. Saya berpegang
pada nasihat lama almarhum ayah saya: harta kekayaan, kedudukan semua akan
kalah saat kau melawannya dengan ilmu pengetahuan. Kalau kau rajin belajar,
pintar maka kau akan lebih bernilai bagi sekelilingmu. Nasihat ini ampuh. saya terpacu,
belajar dari malam ke malam, dari buku ke buku, dari guru ke guru. Pada suatu
hari usaha saya berhasil, juara umum 1 saya rengkuh. Di umumkan di lapangan
sekolah hari sabtu, saat pembagian rapot.
Para pembully tadi tak cukup puas dengan pencapaian
saya, tetap saja mereka menemukan celah lain untuk menghina saya, dari menghina
asal saya, mereka lanjut menghina fisik dan penampilan saya, ya saya akui saya
tidak semenarik cewek cewek SMA kota lainnya, baju seragam saya cuma baju
bekasan kakak saya yang di jahit ulang oleh ibu saya, sepatu saya cuma sepatu
murahan yang dibeli di toko sepatu murah pinggiran, tas saya ransel bekas saat
SMP yang sudah tidak layak pakai tapi… aaah sudahlah saya bukan orang yang
peduli soal penampilan bahkan sampai sekarang, walaupun profesi saya saat ini menuntut
untuk tampil “Stylish” saya tetaplah
saya yang memakai apa yang membuat saya nyaman bukan yang membuat saya menjadi
orang lain.
Singkat cerita, bullying yang saya alami pada masa
sekolah adalah salah satu contoh bahwa pola fikir manusia tetaplah rata rata
sama, menilai segala sesuatu dari luaran, dari dia anak siapa, sekolah atau
kuliah dimana, kerja apa dan dimana, pakaiannya bermerek atau tidak, mahal atau
tidak, gajinya berapa, suaminya siapa, anaknya berapa, mobilnya apa, motornya
apa, rumahnya bagaimana dan lain lain sampai mereka melupakan satu esensi pasti
: di hadapan tuhan kita adalah sama : seorang hamba. Hanya amal dan ibadah yang
akan membedakan kita kelak.
Jadi, pesan yang ingin saya sampaikan dari tulisan ini
adalah terkhusus bagi generasi muda millenials jaman now STOP MINDER! Kalian pasti
punya kelebihan dan kecakapan masing masing, kepandaian dan keahlian di bidang
masing masing, STOP merasa paling dari yang lain, karena kalian tidak pernah
tau di masa mendatang orang yang kalian remehkan akan seperti apa, bahkan
mereka bisa jadi 1000 kali lebih baik dari kalian. Tidak ada istilah anak desa
anak kota, tidak ada sekolah di desa dan sekolah di kota, kita semua setara
jika mau mengejar ketertinggalan dan belajar sungguh sungguh. Semua punya
potensi untuk menjadi yang terbaik. PEDE aja lagi, cantik ganteng itu biasa,
namun cerdas cendikia lagi shalih dan shaliha itu luar biasa!
TRUST YOUR SELF! Percayailah dirimu! Karena pendukung terbesar
kesuksesanmu adalah kepercayaan dan keyakinan akan diri sendiri! STOP membandingkan
diri sendiri dengan orang lain! Karena dirimu tak ada banding. Terakhir ADD
YOUR SPEED ! segera keluar dari zona nyaman STOP jadi penonton yok jadi pemain!
Belajar Belajar dan Belajar…
#FLPSUMSEL
#WAGFLPSumselMenulis
#LampauiBatasmu