MARI BERGABUNG BERSAMA KAMI, DATANG, DAFTAR DAN BUKTIKAN !
-Anita Tarmizi Side-
Mencoba kembali menekuni Blog semoga bisa menginspirasi..
Minggu, 19 Juli 2020
Sabtu, 21 September 2019
MINDER? KE LAUT AJA !
MINDER? KE LAUT
AJA !
Cerita ini adalah sebuah kenangan lama yang sudah
bertahun tahun lalu saya alami. Dimulai saat saya masuk SMA tahun 2001, saya
lulusan SMP Negeri yang berlokasi di desa yang bagi orang kota kala itu anak desa
disebut “jeme dusun” dengan stigma
sedikit buruk yaitu : primitif, ketinggalan zaman, norak, bodoh dan tidak
menarik. Kesal? Pasti! Sakit hati? Tentu! Tetapi fase inilah yang membuat saya
selalu tersenyum, kenangan itu menjadi cerita paling menginspirasi hidup saya
hingga saat ini. Masih teringat dengan jelas saat perkenalan dengan guru kimia
waktu kelas 1 SMA, di bagian saya menyebutkan asal sekolah saya, saya langsung
di teriaki oleh teman sekelas saya dengan begitu gembiranya : oh… “Ndai SMP DUSON Guys… DUSON..! Kancenye pasti
yang itu tuh.. yang begantong gantong di batang (Monyet). Setiap hari,
setiap detik mereka menjadikan itu bahan candaan yang sangat menyakitkan hati
saya, bahkan sampai saat ini.
Bullying, akhirnya saya ketahui istilah untuk perbuatan
mereka itu, dampak yang saya alami sangat terasa. tidak percaya diri alias
minder hampir menguasai diri saya di tahun tahun selama saya SMA namun
beruntungnya saya adalah saya memiliki tekad kuat untuk melawan rasa minder
tersebut dengan cara saya. Cara terjitu yang akhirnya bisa membungkam mulut mulut
mereka yang riang gembira mengejek dan menghina sesuka hati mereka. Saya berpegang
pada nasihat lama almarhum ayah saya: harta kekayaan, kedudukan semua akan
kalah saat kau melawannya dengan ilmu pengetahuan. Kalau kau rajin belajar,
pintar maka kau akan lebih bernilai bagi sekelilingmu. Nasihat ini ampuh. saya terpacu,
belajar dari malam ke malam, dari buku ke buku, dari guru ke guru. Pada suatu
hari usaha saya berhasil, juara umum 1 saya rengkuh. Di umumkan di lapangan
sekolah hari sabtu, saat pembagian rapot.
Para pembully tadi tak cukup puas dengan pencapaian
saya, tetap saja mereka menemukan celah lain untuk menghina saya, dari menghina
asal saya, mereka lanjut menghina fisik dan penampilan saya, ya saya akui saya
tidak semenarik cewek cewek SMA kota lainnya, baju seragam saya cuma baju
bekasan kakak saya yang di jahit ulang oleh ibu saya, sepatu saya cuma sepatu
murahan yang dibeli di toko sepatu murah pinggiran, tas saya ransel bekas saat
SMP yang sudah tidak layak pakai tapi… aaah sudahlah saya bukan orang yang
peduli soal penampilan bahkan sampai sekarang, walaupun profesi saya saat ini menuntut
untuk tampil “Stylish” saya tetaplah
saya yang memakai apa yang membuat saya nyaman bukan yang membuat saya menjadi
orang lain.
Singkat cerita, bullying yang saya alami pada masa
sekolah adalah salah satu contoh bahwa pola fikir manusia tetaplah rata rata
sama, menilai segala sesuatu dari luaran, dari dia anak siapa, sekolah atau
kuliah dimana, kerja apa dan dimana, pakaiannya bermerek atau tidak, mahal atau
tidak, gajinya berapa, suaminya siapa, anaknya berapa, mobilnya apa, motornya
apa, rumahnya bagaimana dan lain lain sampai mereka melupakan satu esensi pasti
: di hadapan tuhan kita adalah sama : seorang hamba. Hanya amal dan ibadah yang
akan membedakan kita kelak.
Jadi, pesan yang ingin saya sampaikan dari tulisan ini
adalah terkhusus bagi generasi muda millenials jaman now STOP MINDER! Kalian pasti
punya kelebihan dan kecakapan masing masing, kepandaian dan keahlian di bidang
masing masing, STOP merasa paling dari yang lain, karena kalian tidak pernah
tau di masa mendatang orang yang kalian remehkan akan seperti apa, bahkan
mereka bisa jadi 1000 kali lebih baik dari kalian. Tidak ada istilah anak desa
anak kota, tidak ada sekolah di desa dan sekolah di kota, kita semua setara
jika mau mengejar ketertinggalan dan belajar sungguh sungguh. Semua punya
potensi untuk menjadi yang terbaik. PEDE aja lagi, cantik ganteng itu biasa,
namun cerdas cendikia lagi shalih dan shaliha itu luar biasa!
TRUST YOUR SELF! Percayailah dirimu! Karena pendukung terbesar
kesuksesanmu adalah kepercayaan dan keyakinan akan diri sendiri! STOP membandingkan
diri sendiri dengan orang lain! Karena dirimu tak ada banding. Terakhir ADD
YOUR SPEED ! segera keluar dari zona nyaman STOP jadi penonton yok jadi pemain!
Belajar Belajar dan Belajar…
#FLPSUMSEL
#WAGFLPSumselMenulis
#LampauiBatasmu
Senin, 05 Agustus 2019
TIPS MENULIS PUISI
Puisi bagiku adalah jemari untuk menyentuh banyak hati, Inilah definisi puisi bagiku. Gemar menulis puisi adalah bakat alami yang aku miliki tanpa latar belakang pendidikan sastra ataupun sejenisnya, tetapi hanya bermodalkan “suka” puisi tidak akan maksimal membantu dalam menulis puisi. Banyak hal yang harus di pelajari agar bakat ini makin terasah dan terarah. Saya tidak akan mengulas tentang bagaimana menulis puisi yang sesuai dengan kaidah kaidah sastra, tetapi saya akan memberikan tips menulis puisi “Ala Saya” semoga bisa memberikan manfaat ya! Oke,
Lets Check This Out!
Tips ke-1
Perbanyak
membaca buku-buku puisi.
Membaca dan menulis adalah dua hal yang tidak dapat
dipisahkan, semakin banyak kita membaca semakin kaya penguasaan dan
perbendaharaan kata dalam tulisan puisi kita. Banyak sekali buku buku puisi
yang bisa dijadikan referensi bagi kita sebagai penulis puisi pemula. Sebaiknya
pilih karya dari penyair yang tidak berlatar belakang sastra, karena biasanya
tulisannya lebih lugas, lebih mengena ke hati dan mudah dipahami. Contoh : Buku
puisi karya Kharisma. P. Lanang : Untuk
Matamu.
Tips ke-2
Copy The-Master
Setelah banyak membaca buku buku puisi, carilah dan temukan “muse’
dalam menulis puisi, pasti kita semua punya penyair favorit, sebagai langkah
awal tidak ada salahnya kita mengikuti gaya kepenulisan si penyair ini, anggap
sebagai “rule awal” dalam menulis puisi lama kelamaan kita akan menemukan gaya
kepenulisan sendiri asal kita mau keluar dari zona nyamannya “muse” kita,
tetapi jangan kelamaan meniru ya segera temukan jati diri!
Tips ke-3
Mulailah menulis
puisi dengan objek objek tertentu.
Saya termasuk
penulis puisi yang akan sangat lancar menulis puisi jika ada objeknya. Objek
tulisan bisa apa saja, alam, benda, hewan, tumbuhan dan manusia. Pilih objek
mana yang paling membuat kalian sangat tertarik, Misalnya kalian suka traveling
pasti akan banyak mengunjungi tempat tempat wisata yang indah dan
menginspirasi, tuliskan perlahan apa yang kalian rasakan saat berada di objek
tersebut, percayalah puisi terbaik akan lahir setelahnya!
Tips ke-4
Asah dan olah
rasa yang ada dalam diri.
Menulis puisi
juga butuh mood (olah rasa) yang baik. Jangan memaksakan menulis saat perasaan sedang
tidak stabil seperti sedang marah dan tidak fokus karena akan berdampak pada
puisi yang dituliskan. Banyak yang bilang puisi adalah bahasa hati, maka mau bagaimanapun
suasana hati tidak ada larangan untuk menuliskannya menjadi puisi, tetapi bagi
saya puisi yang baik adalah puisi yang ditulis disaat suasana hati sedang
bersinergi dengan baik.
Tips ke-5
Pelajari
Penggunaan kata baku dan penulisannya yang tepat
Kadang kita sering mengabaikan pemakaian kata atau
kalimat dalam tulisan kita, sudah merasa benar sendiri soal ini, padahal dalam
berbahasa Indonesia ada aturan dan patokan untuk menulis dan memiih kata yang
tepat. Hal ini penting demi perbaikan tulisan kita kedepannya.
Tips ke-6
Tulislah puisi
dengan makna makna yang tersirat
Puisi dengan makna tersirat lebih menarik daripada
puisi yang maknanya sangat jelas disampaikan. Hal ini akan membuat pembaca akan
berulang ulang kali membaca puisi kita. Hasilnya, puisi kita akan lebih melekat
di hati dan di fikiran mereka. Mengundang rasa penasaran pembaca adalah nilai
jual sebuah puisi.
Terimakasih.
Perkenalkan, saya Anita Adesti dengan nama pena Anita
Tarmizi, pekerjaan saya dosen tetap di Universitas Baturaja Prodi Teknologi
Pendidikan serta menjabat sebagai Humas di FLP OKU. Penulis puisi di akun IG@intuisipuisii. Tinggal
di Desa Tanjung Kemala OKU SUM-SEL. Berkenalan lebih jauh dengan saya di akun
IG saya @anitatarmizi, FB Anita Tarmizi dan Blogspot di aadesti.blogspot.com. NRA 009/D/004/006.
Salam Literasi 😊
#sumselmenulis
#FLPOKU
Selasa, 23 Juli 2019
PUISIKU
Penanti Matahari
Oleh: Anita Tarmizi
Hai sang mata !
Di awan mana pagi ini kau di dekap mendung?
Mengapa kau selalu bertekuk lutut kala kerabatmu bernama hujan menderai
tahtamu?
Aku disini, menantimu..
Di kolong sepi bernama bumi…
Hai sang mata !
Apa kau tau? Banyak percakapan kita yang tak usai..
Banyak gelisahku yang terlipat dikala kau tak bertandang…
Aku sudah terkena candumu
candu hangatmu yang tak tergantikan…
Hai sang mata !
Banyak perih yang menderaku, banyak duka menggenangiku
Tak bisakah kau mengikat janji padaku?
Tak bisakah kau selalu hadir di setiap hari bersama pagi menyalamu?
Tak bisakah?
Hai sang mata !
Haruskah aku menjadi pucuk dedaunan di pepohonan tertinggi?
Haruskah aku membuat sayap dan belajar terbang?
Haruskah aku membuat tangga menjulang hingga menyentuh langit?
Haruskah aku?
Hai sang mata !
Aku hanya makhluk kerdil di kolong bumi, bukan pucuk daun, bukan kawanan
burung juga takkan mampu membuat tangga
untuk menaiki langit..
Aku hanya bisa menunggumu di sebuah pijakan yang hampir rapuh ini
Dengan kaki yang mulai bergetar,
Dengan hati yang mulai gulana,
Dengan mata yang mulai berkaca..
Aku hanya ingin kau datang,
menyapaku lamat-lamat,
Mendekapku dengan hangat,
Menyinariku walau samar,
Memberi tanda walau kau tertutup awan hitam,
Ketahuilah itu…
Baturaja, 15 April
2015
08.22 am.
Senin, 22 Juli 2019
Langganan:
Postingan (Atom)